Pena Mahasiswa Penentu Masa Depan Bangsa - LPM PETA

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, October 31, 2017

Pena Mahasiswa Penentu Masa Depan Bangsa

 

Menulis, merupakan kata yang hampir setiap hari menjadi sajian dalam kehidupan ini. Saya yang tinggal di lereng gunung sumbing sangat bersyukur bisa hidup di tengah masyarakat madani didukung dengan keaadaan alam yang bersahabat kepada manusia, udara segar menjadi pendukung inspirasiku pada saat menorehkan tinta emas dilembaran kosong yang nantinya akan menjadi senjata di masa depan.

Berawal dari ketertarikan membaca apapun itu yang ada di depan mata mulai dari membaca plang lalu lintas, papan nama toko di pinggir jalan, papan sekolah di depan gedung sampai kebiasaan membaca semua tulisan yang ada disetiap lembaran uang rupiah yang saya pegang kadang memunculkan pandangan orang kepadaku sebagai orang yang aneh, bahkan tak jarang banyak orang melontarkan kata “1kurang gawean” kepada saya karena kebiasaan itu.

Dari kebiasaan membaca itu kemudian secara spontan saat ada waktu luang tangan kananku bergerak menuntun pena ajaibku untuk menorehkan tinta emas di lembaran baru setiap buku yang aku miliki. Mulai dari menulis deskripsi keadaan apa yang saat itu sedang terjadi, menulis kata mutiara, menulis ide-ide kecil untuk merubah kehidupan saya menjadi lebih baik sampai yang membuatku takjub ketika tangan kananku dapat menggerakkan pena ajaibku hingga mengenalkan ide gilaku sampai penjuru nusantara.

Disaat aku duduk di bangku menengah pertama (MTs), setiap ada waktu saya sering menuliskan moto atau kata mutiara yang selalu membuatku bangkit dari keterpurukan. Namun walaupun aku terbiasa menulis pada saat itu, aku masih sangat kesulitan merangkai kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf cantik layaknya cerpen indah atau artikel berkualitas. Dari kesulitan tersebut pada saat aku duduk di bangku menengah atas (SMK), aku bersikeras untuk ikut dalam ekstrakurikuler jurnalistik yang kemudian mengantarkan aku sampai bisa menulis artikel pertamaku yang menurutku itu adalah prestasi besar dalam sejarah panjang hidupku. Tak lama setelah aku membuat artikel perdana itu, aku mencoba melintasi batas kemampuan yang menurut orang lain tidak wajar yaitu dengan mencoba langkah gila dengan mengikuti lomba Essay Sosial Budaya tingkat nasional yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Banyak orang disekitarku tidak percaya dan tak jarang pula aku mendapat kritikan pedas dari mereka berbunyi “2halah, rasah bombongan, rane menang”. Tapi, bagiku kemenangan dalam lomba itu tidak selamanya ketika kita mendapat title juara 1, tetapi ketika kita berani menembus batas-batas kewajaran yang sebelumnya kita sendiri mengatakan tidak mampu uuntuk melakukannya. Dan yang paling penting bagiku adalah bagaimana setelah lomba tersebut aku harus berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tidak berhenti disitu, disisa penantianku menunggu pengumuman Ujian Nasional SMK aku iseng-iseng mengikuti lomba karya tulis pelajar yang diadakan oleh PC IPNU Kabupaten Magelang bekerjasama dengan STAIA Syubbanul Wathon Magelang. Dari situ saya melihat peluang yang begitu besar untuk turut serta menyumbangkan ide saya dengan tema pendidikan untuk bangsa ini. Tak menyangka, ketika sound dibelakang kursi peserta menyuarakan pengumuman hasil perlombaan, ternyata ada namaku disebut sehingga hatiku bergetar mendengarnya. Ternyata tak menduga aku menjadi salah satu yang mendapat piala diperlombaan ini. Sungguh tak bisa aku berkata kecuali Alhamdulillah dan berdoa semoga amanah ini bisa aku laksanakan dengan baik.

Setelah saya lulus dari bangku menengah atas (SMK), kemudian saya melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi yang menjadi ruangnya para kader bangsa untuk berkarya yaitu STAIA Syubbanul Wathon Magelang. Di bangku perkuliahan ini Alhamdulillah minat membaca dan menulis saya bertambah apalagi didukung dengan banyaknya tugas perkuliahan yang harus saya selesaikan sehingga saya mau tidak mau terus berhadapan dengan Sang Jendela Dunia. Banyaknya tugas tersebut malah mendorong saya untuk bisa terus berargumentasi lewat dunia literasi dikarenakan lebih banyak buku yang saya baca dari pada saat-saat sebelumnya. Dimomen masa perkuliahan ini saya mencoba dengan terobosan baru yang lagi-lagi menurut banyak orang tidak mungkin dilakukan oleh sekelas pemuda asal lereng sumbing (saya). Saya mencoba menyalurkan minat menulis saya dengan cara terus menulis dan bahkan beberapa tulisan saya Alhamdulillah sudah bisa dimuat di beberapa media lokal Jawa Tengah bahkan media tingkat nasional sekalipun. Bahkan yang paling membuatku sungguh bahagia dan serasa ingin menangkis semua pendapat orang yang tidak pernah percaya keajaiban Ilahi yang belum tentu manusia tahu kapan datangnya, yaitu ketika aku mendapat kesempatan duduk bersama rekan-rekan pelatih dari Tim Redaksi Harian Kompas di Jakarta awal tahun ini untuk berdiskusi bagaimana meningkatkan budaya literasi di kalangan pemuda khususnya pelajar. Betul-betul hari itu aku sadar bahwa manusia itu harus punya harapan besar dalam hidup ini. Sesulit apapun rintangannya dan apapun kata orang di sekitar kita, selama apa yang kita lakukan benar maka jangan pernah menghentikan kaki ciptaan Tuhan ini untuk tetap melangkah.

Sekali lagi, menulis sebagai bagian dari upaya mengubah kondisi suatu bangsa menjadi lebih baik bagiku berarti juga merupakan proses syiar islam yang kemudian disesuaikan dengan kondisi suatu bangsa. Dimana kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia khususnya yang mempunyai gelar mahasiswa mempunyai kewajiban untuk terus membumikan ideologi islam yang rahmatallil alamin melalui dunia literasi dengan proses pembudayaan membaca dan menulis. (nandcbp)

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here